# MEGATHRUST

1. POTENSI MEGATHRUST, BAGAIMANA MENYIKAPINYA


Pertama, melalui laman resmi, pemerintah juga media memberitakan adanya potensi bencana Megathrust.

Dikatakan ada potensi nyata, namun tidak memastikan waktu terjadinya, kita tidak perlu was-was, khawatir dan panik. Kuatkan mental spiritual, dan akal pikiran, serta indera dan organ.

Mungkinkah ini adalah sunnatul awwalin, bencana yang diberlakukan kepada umat-umat terdahulu. Yang sekaligus sebagai periodesasi siklus bencana alam, juga menunjukkan siklus dari akumulasi periodesasi kerusakan mental manusia.

Penduduk bumi telah sangat lama dalam ketiadaan kehadiran Dia di dalam rasa hatinya, melupakan keberadaan Tuhannya, lupa inti kemanusiaannya, sehingga isi hati sebagai tujuan dan orientasi hidup semata pada material keduniaan. Maka ini titi wanci sangat pemurnian untuk menjadi orang-orang yang kembali. Semoga kita sadar bahwa Allah menciptakan langit dan bumi ada hakekatnya (kandungan Ar-Ruum 41).


2. POTENSI MEGATHRUST, MENYIAPKAN MENTAL AKAL PIKIRAN.

Kedua, bagi JATAYU yang telah keparingan “ilmu”, untuk selalu sadar dalam fakta rasa hamba. Kesadaran aguru-guru. Tafakkur bahwa dunia material dengan segala isinya pasti akan lenyap tidak berbekas, sedang yang kembali adalah fitrah manusia yang asal fitrah dari Allah sendiri.

Menjaga posisi hati nurani melalui inisiasi kesadaran akal pikiran yang jernih, untuk tidak terhisap melekat pada rasa kumanthil pada hal ikhwal dunia dan materinya yang mengakibatkan kesengsaraan. Namun dalam hal berdunia oleh jasad lahiriyah tetap bersungguh-sungguh, karena hal ini adalah syareat ibadahnya hamba yang sadar dalam BERLAKON-PITUKON.

Selalu menjaga kesadaran di dalam fakta sebagai hamba, bahwa senyatanya manusia tidak bisa apa-apa dan tidak ada apa-apanya, bisanya hanya berbuat salah, kurang dan dosa. Kesadaran yang menimbulkan dan mendorong untuk selalu memperbaiki perilaku kemaslahatan, kesalehan dan berbuat kebaikan.



3. POTENSI MEGATHRUST, KOKOHKAN TIM KERJA YANG BEKERJA.


Tiga, membuat dan mempersiapkan Tim Kerja yang bekerja komunikatif dan musyawarahan untuk saling berbagi, saling membantu serta memecahkan masalah bersama yang berpedoman kepada masuk akal, berhubungan dan hormat bagi semua. Tidak sebagai susunan antara bapak buah dan anak buah. Bahwa setiap dari anggota adalah menjadi bagian dari kesatuan tim.

Tim dengan ikatan kesadaran Mahabbah bi Rauhilah. Komando tim yang tidak dalam ikatan kepentingan ego kekuasaan dan ego kekuatan. Namun yang terikat dalam ikatan kepedulian, respek, respon dan tanggap dalam perilaku kebersamaan dan kekeluargaan. Tim yang sadar sebagai hamba Allah.

Dan keberadaan tim dan divisinya serta followernya.Tim yang juga akan menyatukan dengan Sumber Daya Manusia diluaran yang memiliki aksi yang sama, yang memiliki respon dan peduli, serta tanggap dengan perilaku kemandirian dan kedaulatan. Dan atau kelompok yang memiliki respon terhadap keadaan dan situasi yang akan dihadapi.


4. POTENSI MEGATHRUST, KOKOHKAN BARISAN.


Empat, berita Megathrust untuk dijadikan dorongan dan motivasi melakukan yang lebih baik dan bermanfaat, memotivasi untuk percepatan memiliki perilaku Mandiri dan berdaulat.

Hal ini sudah ketetapanNya, tidak bisa ditolak dan tidak bisa diminta. Saat Allah berkehendak ditampakkan AlHaqNya dan ditenggelamkan yang lalim, yang batil dan yang jahil adalah ketetapanNya. Motivasi untuk berbuat dan melakukan sesuatu yang lebih dari biasanya yang telah kita lakukan.

Maka bagi jamaah Jatayu untuk mengokohkan penataan barisan tim kerja yang bekerja. Misalnya menjadwal pertemuan untuk komunikatif dan musyawarahan melakukan pola-pola kebersamaan dan kekeluargaan serta gotong royong, membangun kesadaran respek, respon dan tanggap, membuat media tanam dan menanam bersama, membuat olahan makanan bersama, dan lain sebagainya.


Link terkait :



#KiaiTanjung
@titahpemurni
#WolakWalikZaman
#Nusantarabangkit

BERAGAMA TIDAK UTUH SEHINGGA MELUPAKAN PERINTAH NYA


Beragama tidak utuh, tidak kaaffah, sehingga banyak perintah yang tidak tersentuh dan terabaikan.

Iqro’….Bacalah!! Saat perintah Tuhan hanya dipahami membaca teksnya sudah berpahala, maka menjadi lupa ada perintah ayat-ayat yang nyata untuk terapan konteks realitas kehidupan. Perintah memakmurkan dan mengelola bumi-Nya, memberdayakan dan berbudi daya terabaikan.

Misalnya, QS 80. ‘Abasa 23 “Tidak dikatakan menjalankan perintah”, sampai kamu memperhatikan apa yang kamu makan yakni nutrisi dan pola makan, menanam biji dan benih dan merawatnya untuk tumbuh, berkembang dan berbuah.

Seperti halnya perintah menjalankan sholat, maka bentuknya adalah sama-sama perintah. Mengabaikan apalagi pengingkaran menjalankan perintah, maka pasti ada dampak konsekuensi.

Hilangnya perilaku kemandirian, kedaulatan, ketahanan, tanah rusak, kontaminasi racun, anomaly iklim, dan masih banyak lagi dampak dari mengabaikan dan melupakan perintah, maka mengakibatkan karakter, sifat dan sikap perilaku juga rusak.



https://m.facebook.com/story.php?stor...

#KiaiTanjung
@titahpemurni
#WolakWalikZaman
#Nusantarabangkit

SITUASI DAN KONDISI YANG TERBANGUN ADALAH TANGGUNG JAWAB KITA

Saat ini kita telah berada di dalam seribu persimpangan. Dan seiring waktu kebingungan akan terus bertambah. Hanya dengan terbuka, lapang dada yang bernalar sebagai harapan. Berani melihat diri yang di dalam jiwanya, kemudian sikap berani jujur. Situasi dan kondisi yang tercipta diakibatkan oleh perilaku aktivitas perbuatan dan lisan yang diciptakan oleh pikiran kita. Dan akhirnya akal pikiran yang membentuk perspektif dan asumsi-asumsi ini digerakkan oleh kecondongan hati kita. Hati Sanubari atau Hati Nurani. Dalam Alquran Al-Ahzaab 4 ditegaskan, jika hati nurani yang berfungsi maka hati sanubarinya mati begitu pula sebaliknya. Yang ditetapkan dalam hati menjadi kecondongan untuk dipedomani oleh akal pikran yang menggerakkan aktivitas indera dan organ serta lisannya. Jika yang ditetapkan di dalam hati adalah materialistik, retorika(kemuliaan dan kehormatan, serta kepentingan ego nafsu berdunia) maka akal pikiran akan menggerakkan aktifitas kegiatan berdunia yang merusak, namun sering tidak sadar kalau sedang menuju kerusakan.



 #KiaiTanjung
@titahpemurni
#WolakWalikZaman
#Nusantarabangkit

SAAT BERAGAMA BAGAI WADAH TANPA “ISI”

Wadah akan berfungsi karena “isi”nya yang akan membentuk kesadaran bahwa wadah bergerak karena isi. Saat wadah bergerak, beraktivitas tanpa keberadaan “DIA” sebagai isi yang berada di dalam jiwa (fii anfus) manusia, maka berakal dan beraktivitas berdunia, namun kosong. Maka hegemoni anggapan dan praduga menjadi asumsi perspektif oleh akal pikiran masing-masing wadah jiwa raga. Dan setiap masing-masing dari kelahiran jiwa-raga menjadi pemilik anggapan dan praduga yang berposisi, “yang aku percaya itu yang benar”, kemudian apa penyatunya dan bagaimana menyatukannya? Uang, jabatan, suku-bangsa, retorika keyakinan, atau material lainnya? Maka hanya akan berkutat dan berputar-putar, dan yang ditemui hanya fenomena-fenomenanya saja. Gerakan aktivitas wadah jiwa-raga adalah tatanan lahiriyah berdunia. Dan gerakan ISI adalah aktivitas kehadiran dzikir dalam rasa hati nurani atas keberadaan Dia, Sang Allah.



https://www.facebook.com/313384112475... #KiaiTanjung @titahpemurni #WolakWalikZaman #Nusantarabangkit

BERAGAMA BUKANLAH MEMBANGGAKAN DIRI.



GURU kami menasehati kepada kami dengan mencuplik ayat Al-Araf 205, janganlah kamu menjadi pemecah belah agama, berbangga-bangga lagi sombong. “sebab Allah tidak menyukai perilaku demikian”.

Syareat ditegakkan dengan tidak berpecah belah karena bahayanya adalah terjerumus kedalam kemusrikan (Kandungan QS. Ar-Ruum 32).

Guru kami dhawuh, sesungguhnya para utusan itu meluruskan tatanan lahir supaya tidak dalam perpecahan karena berbangga-bangga terhadap diri dan golongannya, dan kedua menggenapi, melengkapi, menyempurnakan tatanan lahir dengan “ilmu” yang menunjukkan hakekat Fitrah diri supaya dimensi batinnya tertata.

Dan permasalahan saat diungkap ditengah umat di zamannya perlakuan yang diterima adalah sama. Dianggap asing aneh, nyleneh dan tidak umum. Dan dianggap akan merusak status quo keyakinan. Diprasangkai mencari kehormatan dan kemuliaan duniawi.


#KiaiTanjung
@titahpemurni
#WolakWalikZaman
#Nusantarabangkit

MENYATAKAN “AN” ATAU MENGUCAPKAN “QAULAN” SYAHADAH, MANA YANG BENAR..??

Secara nalar, tidak mungkin keataatan dapat diwujudkan tanpa terlebih dahulu mengenal.

Bahaya merasa cukup, tidak merasa butuh. Merasa tidak perlu mengenali. Wadah lahiriyah tanpa kesaksian isi butiran iman, maka karakternya hanya akan selalu menuntut pemenuhan sesuatu yang material. Menjadi materialistic.

Awal mula berumahtangga adalah mengenal. Sungguh berbeda kondisi dan situasi BATIN mereka yang kenal dan mereka yang tidak mengenal. “saya bersaksi bahwa sesungguhnya dia adalah pasangan saya”. Berbeda dengan ucapan “saya mengucapkan saksi bahwa tulisan nama ini adalah pasangan saya”. Bersaksi dan ucapan pun tulisan sungguh beda.

Ketaatan yang diminta adalah ketaatan mengenali. Hanya dengan kenal untuk tidak menjadi materialistic.

Maka awal keselamatan adalah makrifat “an” syahadah, yakni benar-benar bersaksi, bukan qaulan syahadah mengucapkan syahadah, maka carilah yang dapat menjadikan bersaksi dengan sebenar-benarnya bersaksi ini adalah perintah-Nya. Selamat ada pintunya. Gerbangnya adalah bersyahadah.

Tafakur merenunglah, lepaskan ego keakuan dan jauhkan diri dari prasangka.

PRASANGKA TIDAK AKAN DAPAT MEYENTUH ALHAQNYA SEDIKITPUN..!!!


Oleh: Kiai Tanjung
@titahpemurni
#WolakWalikZaman

Patung...!!! KENAPA MUDAH TERSULUT (butuh tafakkur).


Gambar dan patung, apa batasan kapan dan bagaimananya yang boleh dan tidak boleh.

Dalam keyakinan Islam sendiri juga banyak pendapat yang sama-sama didasarkan atas dalil dasar AlQur'an ataupun AlHadist. Seperti dalam QS. Ash-Shaaffaat : 95-96, "difirmankan, tidak boleh menyembah/menghamba kepada patung", sedang di QS. Saba' : 13, menunjukkan dibolehkannya membuat dan memajang patung. Sebenarnya dari ayat tersebut adalah MEMBERHALAKAN menghambakan diri.

Petunjuk Guru kami, sangat menghargai dan menghormati sikap keyakinan mana yang diambil. Yang jelas agama ditegakkan adalah tidak memecah belah.

Kalau si A meyakini sama sekali haram, sumonggo itu untuk dirinya. Kalau ada yang lain menggunakan tidak marah dan benci, sehingga tidak mau silaturahmi hanya karena ada patung.

Tooh seharusnya kalau yang meyakini ada syetan dan jin maka didalam hatinya tinggal meminta do’a perlindungan kepada Allah, supaya tidak menyerupai, maka tidak perlu memasang gambar didalam rumahnya.


Oleh: Kiai Tanjung
@titahpemurni
#WolakWalikZaman
#nusantarabangkit