Tutorial Membuat Aplikasi Android Dengan AppsGeyser

Nah,Pada kesempatan kali ini izinkan Saya membagikan tutorial tentang cara web/blog menjadi aplikasi (apk) untuk android menggunakan Appsgeyser.
Siapkan dulu sebuah email untuk mendaftar jika kita sudah selesai proses build apps.

Tutorial Membuat Aplikasi Android Dengan AppsGeyser
1. Pertama kunjungi website AppsGeyser. Dengan cara mengetikan url di browser anda : https://www.appsgeyser.com


2. Sebelum membuat ubah bahasa menjadi bahasa Indonesia untuk lebih mudah pemahaman, yaitu dengan cara mengklik, lihat gambar dibawah ini:


Kemudian Klik “Create Now”! atau “Buat Aplikasi” atau “Mulai”
3. Setelah itu, Pilih salah satu Box tersebut/aplikasi yang ingin kita buat. Dalam hal ini saya memilih Situs Web

4. Maka akan muncul tampilan seperti dibawah ini. Kemudian masukkan url pada kolom Website Url. Misalnya http://soebagijo.blogspot.com/


Catatan: Pilih Tema Warna sesuai selera Anda yang tersedia, jika ingin membuat tema sendiri silakan pilih menu “Kustom”.
Lalu klik “LANJUT”, untuk meneruskan.

5. Lalu masukkan nama aplikasi yang diingkan pada kolom App Name. Misalnya "Blog Saya". Lalu Klik “LANJUT”.

8. Masukkan Deskripsi. Tulis beberapa kata dalam kolom ini, tentunya deskripsi dari web/blog yang dibuat. Kemudian “LANJUT”.


9. Tentukan Icon aplikasi. Pada bagian ini AppsGeyser memiliki icon defaultnya, namun jika Anda ingin menggunakan icon sendiri check Custom Icon, pilih icon Anda, lalu “LANJUT”..

Dengan memilih ikon kustom, ukuran ikon 512 pixel X 512pixel

10. Jika semua langkah sudah dilakukan, lalu Klik “BUAT”.

11. Proses sedang berlangsung...tunggu beberapa menit. Kemudian ada konfirmasi seperti dibawah ini:

12.Jika proses tersebut sudah selesai, Silahkan anda pilih menu tab “Unduh Aplikasi Anda” dengan cara klik "Unduh" seperti gambar dibawah ini.


13. Kemudian ada Konfirmasi dibawah ini :

Pilih "ikon panah kebawah" untuk meng-unduhnya, lalu diarahkan hasil file APK yang terunduh disimpan kemana? Lihat gambar dibawah ini :

14. Taraaaaaaaaaaaa……Dengan begitu web yang dari blog anda sudah menjadi aplikasi .apk yang sudah bisa di install dan dijalankan di android.

Gampang Banget kaaaaaan?”

Upaya Membangun Profesionalisme Guru


Pencapaian tujuan sekolah dan pendidikan secara efektif dan efisien diperlukan dan diharapkan sebuah hubungan yang erat kepada masyarakat atau publik. Hubungan sekolah dengan publik adalah suatu sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik disekolah. Dalam hal ini, sekolah hanya sebagai sistem sosial, dimana masyarakat atau publik merupakan bagian integral dari sistem sosial yang berberan sangat besar. Disamping itu juga sekolah diharapkan sebagai pelopor dan pusat perkembangan bagi perubahan-perubahan masyarakat didalam kehidupan ekonomi, kebudayaan, teknologi, dan dapat disesuaikan dengan keberadaan sekolah. Majunya pendidikan dapat ditunjukkan oleh para pendidik disekolah melalui proses pengajarannya yang masih melakukan subject matter centered, namun yang diharapkan guru harus melakukan comunity life centered; artinya tidak lagi berpusat hanya dengan buku, namun diperlukan agar berorientasi pada kebutuhan kehidupan didalam masyarakat atau publik. Dimana konsep pendidikan yang demikian mengandung implikasi-implikasi yang berhubungan erat dengan masyarakat ataupun publik.
Metode yang dilakukan adalah metode gagasan dimana melakukan pengumpulan berbagai pendapat sebagai sarana pemahaman tentang kemitraan sekolah untuk membangun mutu pendidikan disekolah. Dari gagasan tersebut, Kemitraan Sekolah sangat berperan penting didalam pengembangan mutu pendidikan disekolah, dimana para guru di sekolah diharapkan supaya mengetahui kondisi lingkungan peserta didik; kepala sekolah dan guru diharapkan mampu memanfaatkan sumber-sumber yang ada dimasyarakat/publik; sekolah harus bekerja sama dengan organisasi dan instansi yang memiliki tugas penting terhadap peserta didik; guru harus siap mengikuti dan mengkaji sumber-sumber sebagai masukan perkembangan  pendidikan. Sebagai tolak ukur kemitraan sekolah adalah harus melakukan hubungan edukatif, hubungan kultural dan hubungan institusional.

Dengan memahami peranan kemitraan membangun mutu pendidikan, penulis berkesimpulan bahwa sangat diperlukan sebuah hubungan yang erat antara sekolah dengan masyarakat dan publik, dimana kemitraan ini tidaklah dapat terpisahkan begitu saja. Dimana kemitraan sekolah memiliki peranan penting membangun dan meningkatkan keprofesionalan Guru disekolah untuk peningkatan mutu pendidikan peserta didik disekolah. Dimana sekolah tersebut di isi oleh Kepala Sekolah; Guru; Stap Penata Usahaan Sekolah dan juga Peserta Didik.

Sumber : 
https://www.kolaborasipengetahuan.com/2018/07/upaya-membangun-profesionalisme-guru.html
====================================================================

Siapkah kita untuk menyosong Era Globalisasi?
Senjata apa yang perlu kita siapkah?....Referensi dibawah ini untuk bekal nanti?!


Upaya Membangun Profesionalisme Guru didalam Menghadapi Era Globalisasi Melalui Kemitraan Sekolah
https://goo.gl/Wbpc2u

Ide Inovatif Sederhana Yang dapat dilakukan didalam Proses Belajar Mengajar
https://goo.gl/UZxD9a

Salah Satu Cara Menguasai Teknologi Didalam Proses Pembelajaran
https://goo.gl/UZcu1R

Solusi Tenaga Pendidik didalam Melakukan Penelitian
https://goo.gl/Za3Fmm

Peningkatan Kompetensi Guru dan Kepala Sekolah dalam Pengembangan Karir
https://goo.gl/YNiiK6

Mengetahui dan Memahami Tentang Standar Pendidikan Nasional
https://goo.gl/CG3W6a

Mengetahui Beban Kerja Guru
https://goo.gl/56qPw2

Rangkaian Kegiatan PLS/MOS
https://goo.gl/jNdYDi

Semoga bermanfaat...

# PENYAKIT PENDIDIK DAN OBATNYA #

Banyak saya temukan dalam dunia pendidikan kita khususnya jiwa pendidik berpenyakit akut dan kronis. Bagaimanapun sistem kurikulumnya di gonta-ganti masih ada penyakitnya.
Karena faktor "ruh" jiwa pendidik (guru/ustand/dosen) sudah terkontaminasi infeksi virus....


Dari beberapa faktor penunjang keberhasilan pendidikan sehingga mampu melahirkan siswa yang berprestasi , faktor guru sangat dominan adanya. Peran guru sangat penting  terhadap baik buruknya mutu pendidikan. Ungkapan “guru kencing berdiri murid kencing berlari” rasanya masih belum usang.
Ada beberapa penyakit berbahaya yang melemahkan kualitas guru dalam melaksanakan tugas sehingga berdampak negatif terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan, diantaranya :
ASMA (Asal masuk kelas). Ketika guru masuk ke kelas tanpa disertai persiapan dan perencanaan matang secara tertulis dan sistematis

  • ASAM URAT (Asal Sampai Materi Urutan tidak Akurat). Cara menyajikan materi pelajaran masih konvensional, sering memakai metode CBSA (Cul Budak Sina Anteng), metode tugas mencatat paling sering dilakukan. Kadang-kadang batas materi pelajaran yang disampaikan gurupun tidak tahu.
  • BATUK (Baca Ngantuk). Umumnya guru malas membaca, sekali-kali membaca kantuk datang menggoda akhirnya membaca tak tahan lama. Karena jarang membaca ilmunya tidak bertambah, wawasannya tidak luas. Materi pelajaran yang diberikan kepada siswa tidak mengikuti perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Jadilah guru yang jumud, kaku bahkan ortodok.
  • DIABETES (Dihadapan Anak Bekerja Tidak Serius)
  • DIARE (Di kelas Anak diRemehkan). Potensi, bakat dan minat anak kurang diperhatikan, sehingga proses belajar mengajar monoton, tidak menumbuh kembangkan potensi anak didik tapi justru sering membunuh potensi, bakat dan minat anak didik.
  • GATAL (Gaji Tambah Aktifitas Lesu). Gaji ingin terus bertambah, tapi melaksanakan tugas kewajiban tidak mau berubah. Mengikuti sertifikasi sangat ambisi padahal kurang memiliki kompetensi tujuan utamanya ingin berpenghasilan tinggi mendapat gaji tunjangan profesi.
  • GINJAL (Gaji Nihil Jarang Aktif dan Lambat). Gaji minus tiap bulan karena habis oleh kredit bank akhirnya hilanglah gairah bekerja, pudar semangat mengajar. 
  • HIPERTENSI (Hilang Perhatian Terhadap Nasib Siswa). Prestasi siswa tidak diperhatikan, mau pintar atau bodoh masa bodo, tidak ada upaya pengayaan bagi siswa berprestasi dan tidak ada upaya perbaikan atau remedial kepada siswa yang masih kurang berprestasi. 
  • KANKER (Kantong Kering). Gaji satu bulan habis satu minggu, karena besar pasak daripada tiang, tinggi kemauan rendah kemampuan. Penghasilan tidak memenuhi kebutuhan, akibatnya hilanglah semangat melaksanakan tugas, malas masuk kelas, sering mangkir tidak hadir. 
  • KUDIS (Kurang Disiplin) melaksanakan tugas asal-asalan tidak tepat waktu, tidak akurat rencana dan program. 
  • KURAP (Kurang Rapih). Penampilan pisik (performan) acak-acakan, persiapan administrasi KBM asal-asalan. 
  • KUSTA (Kurang Strategi). Tampil mengajar dihadapan siswa hanya menggunakan metode ceramah sehingga membosankan, tidak menggunakan berbagai metoda mengajar sehingga tidak membangkitkan semangat belajar siswa.
  • MUAL (Mutu Amat Lemah) masih banyak guru yang belum memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang ideal. Kurang menguasai materi pelajaran dan metoda pembelajaran.
  • LESU (Lemah Sumber). Buku sumber pelajaran hanya mengandalkan buku paket, tidak memiliki buku referensi yang vareatif dan representatif sehingga wawasannya sempit
  • LIPER (Lekas Ingin Pergi). Tidak betah berada di sekolah, tidak antusias masuk ke kelas bahkan sebaliknya ingin segera pulang untuk mencari penghasilan tambahan. Kadang-kadang usaha sampingan diutamakan tugas utama mengajar dilupakan.
  • PROSTAT (Program dan Strategi tidak dicatat). Ketika KBM tidak disertai Silabus dan RPP, tanpa dilengkapi program dan strategi mengajar yang ditulis sistematis.
  • REMATIK (Rendah Motivasi Anak Tidak Simpatik). Tidak semangat ketika mengajar dihadapan anak didik, performan tidak menarik  sehingga anak didik tidak simpatik bahkan sebaliknya antipati akhirnya melemahkan bahkan menghilangkan gairah belajar. Tampil mengajar tidak menyenangkan siswa.
  • STRUK (Suka Terlambat Untuk masuk Kelas)
  • T B C (Tidak Bisa Computer) alias gaptek (gagap teknologi), tidak ada usaha untuk meng-up grade kompetensi diri, sehingga penguasaan teknologi informasi dan komunikasi kalah oleh siswa.
  • TIPUS (Tidak Punya Selera). Ketika melaksanakan kegiatan belajar mengajar dihadapan siswa tidak semangat, kurang gairah 
     Waspadalah jenis-jenis penyakit di atas jangan sampai diderita oleh para guru. Apabila macam-macam jenis penyakit kronis tersebut di atas bersemayam dalam sikap mental dan psikologis guru sehingga mengalami komplikasi akut, maka sangat membahayakan terhadap kualitas pendidikan siswa. Jenis-jenis penyakit mental di atas termasuk penyakit menular yang dapat melumpuhkan bahkan membunuh potensi yang dimiliki siswa. Dampak negatifnya potensi yang dimiliki siswa bukan meningkat menjadi kompetensi tapi justru membuat siswa impotensi, kurang berprestasi.
 By : Dedi Suherman,Redaksi e-Newsletterdisdik | Juni 1, 2011 Guru SDN 1 Jati Kec. Batujajar Kab. Bandung Barat.
Sumber:http://DediSSuherman.e_Newsletterdisdik.com/2011/06/1/penyakit-pendidik-yang-membahayakan.


Sebelum berbagai penyakit di atas semakin mewabah dan merambah pada jiwa setiap guru, maka perlu segera melakukan tindakan antisipatif dan preventif dengan meminum obat mujarab yaitu IMTAK dan “IPTEK” (meningkatkan kualitas keimanan dan merealisasikan ketakwaan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi). Seberapapun besar dana yang disediakan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan bila tidak ditunjang oleh mutu pendidik karena sudah terjangkit penyakit, yakinlah prestasi siswa sulit bangkit.
Preventif Obat mujarabnya apa? Lihat tautan video dibawah ini , sebagai obatnya sebelum kronis:

# 10 Macam Penyakit Pendidik & Obatnya (seri-1) :



# 10 Macam Penyakit Pendidik & Obatnya (seri-2) :

 Jangan lupa beri like dan subscribe...

Terimakasih atas partisipasinya

DIALOG & TALK SHOW PENDIDIKAN (spesial POMOSDA)

Dimulai dari mana seharusnya pendidikan untuk membangun karakter yang beradab dan berakhlak musti dibangun.



Memang untuk membangun sehingga terbentuk karakter yang kuat adalah sesuatu yang tidak bisa instan.

Banyak elemen, faktor dan variabel yang berpengaruh. Tidak semudah membalik tangan, tidak semudah kalimat dan kata. Dan tidak seindah kata-kata mutiara dan puisi serta prosa.

Dan konsep bagaimana pendidikan dibangun, telah sedemikian menumpuk bergudang-gudhang, belum lagi yang tidak tertulis, yang terlesankan dalam diskusi-diskusi.

- Prestasi diukur dari Persaingan.

- Kualitas diukur dari luar diri.

- Kurang dalam latihan “melek” kemandirian dan tanggungjawab.

- Siswa hanya Pembelajaran data dan sekedar mempelajari fakta-fakta semata.

- Kebiasaan-kebiasaan pembelajaran pada hasil bukan pada proses. Hanya angka-angka.

- Hanya soal memori, belajar data, tidak kontekstual dan tidak membangun visioner, tidak menyentuh sendi-sendi kehidupan.

- Kurang menekankan akhlak dan adab. Tidak menjadi perhatian utama dan yang mestinya diprioritaskan dalam sebuah proses pendidikan.

- Tidak melatih kreatif dan inovatif, akibatnya adalah berperilaku instan dan siap saji semata.

- Proses pembelajaran agama dipelajari hanya bersifat tektual, konsep, sekali lagi hanya bersifat belajar data dan sejarah. Agama tidak dilatih untuk lebih membumi dan  kontekstual.

- Akibatnya pemisahkan antara kehidupan beragama dan kehidupan berdunia. Dan terjadi kesenjangan yang gabnya sangat menganga.
 Sehingga ada kelompok yang agamis, dan ada yang kelompok materialis. Yang bisa jadi kedua-duanya sesungguhnya adalah sekulerisme.

Yang agamis melarang interaksi dengan duniawi, karena hal ini akan menghalangi ibadahnya. dan yang materialis tidak mau menyentuh perihal yang agamis, karena dianggap bukan bagiannya.

Sangat menarik untuk dicatat betapa seringnya kita orang tua mengeluhkan, betapa tidak bertanggung jawabnya anak-anak zaman sekarang, tidak bisa diatur, suka hura-hura, berfoya-foya, suka berkelahi, tidak memiliki kesopanan, tidak beradab dan tidak berakhlak, tanpa kita menyadari bahwa kitalah sebenarnya yang melatih anak didik menjadi sperti itu.

Selama ini kita mendidik dan melatih untuk menghasilkan kondisi yang hasilnya seperti sekarang ini.

Persaingan, tidak berkepedulian kecuali kepada diri sendiri, sing penting pinter nilainya bagus, akhlak rusak bobrok tidak apa-apa, kualitas prestasi diukur dari persaingan teman dan sekolah tetangga, guru sibuk dengan dirinya sendiri: membuat silabis, membuat administrasi isian setifikasi, dan tetek bengek lainnya.

Siswa tidak terperhatikan dengan baik, bagaimana perkembangan: mentalnya, pemikirannya, siswa tidak dididik untuk mandiri, berpikir rasional dan berpikir masuk akal, dan berperilaku adab dan akhlak

Sampai-sampai mentari pendidikan mengatakan gawat darurat. Dan memerlukan tindakan revolusi pendidikan.

Survay menyatakan 73 % siap menegakkan keyakinannya dengan berlaku ekstrim dan radikal.
Survay menyatakan, 90% hanya mau kerjasama dengan yang sekeyakinan.
63%  2009 BKKBN Astaghfirullah 63 % remaja indonesia berbuat zina

Pada hari Jumat tanggal 17 Desember 2010. 80% remaja putri melakukan hubungan seks pranikah. Sedangkan pada remaja pria, data angka persentasenya sedikit lebih besar lagi.
Demikian data dari hasil survei secara acak selama kurun waktu enam bulan terakhir, yang disampaikan oleh Ketua KPPA (Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak) pada sebuah kabupaten menengah,
Selengkapnya :
  http://www.kompasiana.com/bocahndeso/80-gadis-tak-lagi-perawan_550057e2a33311376f510bc4

Insyaallah POMOSDA MEMFORMULA SISTEM PENDIDIKAN KAAFAH, KESATUAN SISTEM SEKOLAH DAN PESANTREN DALAM MEMBANGUN AKHLAK ADAB BERPENGETAHUAN DAN KETRAMPILAN KEMANDIRIAN.

Simak TalkShow video tautan dibawah ini :

Talk Show Pendidikan Bapak Kiai Tanjung - Pendidikan Membangun Perilaku dan Akhlaq


MENGGUGAT SYSTEM PENDIDIKAN

Kita semua sepakat, bahwa pendidikan itu penting, sehingga semua kita mau berkorban demi pendidikan. Orang-orang tua bekerja keras mencari uang agar anak-anaknya bisa sekolah, pemerintah mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk pendidikan, dan anak-anak pun harus berjuang untuk belajar dan ada yang harus tinggal jauh dari orang tua.

Di Negara kita, anak-anak sekolah di SD selama 6 tahun, SMP 3 tahun, SMA 3 tahun, dan ada yang kuliah S1 4-5 tahun. Artinya tak kurang 16 tahun, bahkan ada yang lebih menghabiskan umur untuk sekolah. Dan sebagian besar dari kita semua pernah sekolah, juga pernah merasakan senang dan susah. Dulu, kita belajar dengan giat, tugas dan PR cukuplah berat, dan kita khawatir tidak naik kelas apalagi sampai tidak tamat. 
Pertanyaannya sekarang, apa saja pelajaran yang masih kita ingat?, Apa kita masih ingat tentang materi pelajaran biologi di SMP?, atau matematika di SMA?. Serta materi pelajaran sekolah apa yang sampai saat ini masih kita gunakan? Persamaan kuadrat atau persamaan eksponen? Masalah Kromosom XX atau Heterozigot?

Faktanya, anak-anak sekolah cukup banyak menghabiskan waktu seperti kita dulu. Anak-anak belajar hal-hal yang tidak pernah akan digunakan dalam kehidupannya. Hanya beberapa pelajaran yang relevan dan masih berhubungan dengan kehidupannya saat dewasa.

Rumus fisika, kimia, matematika, dan pelajaran biologi, geografi, akuntansi, sosiologi, PPKN, dan lain-lainnya. Itu semua sebagian besar seperti sejarah saja, artinya kita punya sejarah pernah belajar pelajaran tersebut, walaupun sekarang kita tidak pernah pakai atau sudah lupa. Malah pelajaran sejarah sendiri pun menjadi sejarah. smile
Belum lagi pelajaran bahasa Inggris, minimal kita semua telah belajar bahasa ini selama 6 tahun (SMP dan SMA), ada juga yang sudah mulai belajar dari SD. Jangankan untuk menulis surat atau artikel dalam bahasa Inggris, merayu dengan dua kalimat saja kita masih belepotan. smile
Ini bukan karena guru kita dahulu tidak bisa mengajar, malah pengalaman dan ilmu mereka tak kita ragukan. Namun ada yang salah dalam sistem pendidikan kita, yang membuat banyak pelajaran sekolah menjadi sejarah saja, dan ini berlaku di seluruh Indonesia, bukan hanya di daerah kita. 
Kita sekolah lebih 16 tahun lamanya, terkesan itu seperti sia-sia. Malah yang lebih menyedihkan lagi, pendidikan kita merupakan mesin pencetak pengangguran.
Padahal untuk pendidikan anaknya, orang tua di kampung-kampung menjual tanah, ternak atau harta lainnya, dan ada yang berhutang pada siapa saja, demi memenuhi biaya pendidikan anaknya. Orang tua berharap anaknya akan mendapat kehidupan yang lebih baik dan sukses, bukan seperti dirinya.

Namun apa yang terjadi, sistem pendidikan kita belum mampu menawarkan ijazah yang membuat pemiliknya kreatif dan inovatif dalam menghadapi tantangan jaman. Sistem pendidikan kita masih menawarkan ijazah dengan kemampuan menjadi pegawai atau karyawan. Sedangkan yang menjadi Bos-nya adalah orang-orang yang tidak mempedulikan ijazah produk sistem pendidikan kita. Mereka sukses karena mencari alternatif dan menjadi orang-orang yang kreatif. 

------------------
Hakikatnya sekolah-sekolah melahirkan manusia yang terdidik, manusia-manusia yang akan menghadapi masa depan, dengan segala kompleksitas dan permasalahannya.
Faktanya, sistem pendididkan hanya memberikan ijazah akademik, namun tidak memiliki kemampuan pemecahan masalah dan pengembangan kreativitas dalam menghadapi hidup dan tantangan masa depan, sistem pendidikan kita hanya mempersiapkan alumninya sebagai calon pegawai atau karyawan. Sedangkan yang menjadi Bos-nya adalah orang-orang yang tidak mempedulikan izajah, mereka adalah orang-orang kreatif dan keluar dari pola pendidikan yang kaku.
Sayangnya, penerimaan pegawai negeri terbatas tiap tahunnya, sedangkan orang-orang kreatif dan yang berpikir tidak biasa, atau orang-orang kreatif yang mampu membuka lapangan-lapangan pekerjaan terbatas jumlahnya. Sehingga para sarjana dan alumni sekolah-sekolah (SMA dan SMK) banyak menganggur dan tidak mendapat kerja.
Apa masalahnya pada sistem pendidikan kita? Sekolah lama-lama dan tinggi-tinggi tapi tak dapat kerja, padahal orang-orang tua miskin di kampung-kampung menyekolahkan anaknya agar bisa hidup baik tidak seperti dirinya, sehingga menjual apa saja dan membuatnya menjadi lebih merana.
Dilain sisi, pelajaran di sekolah sangat jarang berguna pada kehidupan anak-anak saat dewasa, pelajaran matematika, fisika, biologi, dan pelajaran lainnya hanya menjadi sejarah saja, belajar susah payah tapi mereka tidak tau untuk apa. Setelah mendapat ijazah juga tak mendapatkan kerja.
Anak-anak juga berkorban sangat luar biasa, mereka butuh belaian kasih sayang orang tua. Setiap menit sangat lah berharga. Namun karena harus sekolah terpaksa harus berpisah.
Ingatkah kita, mengapa anak-anak pada hari pertama melangkahkan kaki masuk sekolah anak-anak menangis? 
Itu karena anak-anak tau dia akan terpisah dengan orangtuanya dan tak lagi bisa selalu bersama. Anak-anak perlu selalu belaian cinta dan kasih sayang orang tua.
Ini pengorbanan yang mahal bagi anak-anak, maka tak adil rasanya jika pengorbanan ini tidak sebanding dengan apa yang didapatnya dari sistem pendidikan kita.
Belum lagi, jika jenjang sekolah semakin tinggi. Maka anak-anak harus pergi untuk sekolah atau kuliah dengan hidup mandiri. 
Banyak masalah yang harus ditanggungnya sendiri, mulai masalah beban belajar yang tinggi, jika sakit harus bangun cari obat sendiri, jika lapar makan indomi, ingin makan enak saat mimpi atau ada yang undang kenduri. smile

Artinya, kita semua berkorban untuk mendapatkan pendidikan agar cerah masa depan, namun lihat sistem pendidikan kita. Apakah telah memberikan tawaran masa depan yang cerah, atau semakin membuat orang tua resah!

Ini sangat tidak adil bagi masyarakat kita, menteri dan para politisi menyusun kebijakan pendidikan kita tak sekalipun pernah mengajar di sekolah-sekolah. Tapi mereka yang menentukan pendidikan kita mau dibawa kemana.
Para menteri dan politisi membahas kebijakan pendidikan di hotel dan gedung-gedung yang tinggi, tapi anak-anak pergi ke sekolah tanpa alas kaki, kurikulum yang mereka buat salah tapi guru-guru yang dicaci maki,  dianggap tidak mampu dan tak punya kompetensi. Kurikulum kita selalu berganti jika ganti menteri, guru-guru di sekolah belum tuntas mempelajari dan menerapkan kurikulum baru, tiba-tiba keluar lagi kurikulum yang lebih baru, yang disahkan oleh menteri baru. Sistem pendidikan kita coba-coba tanpa jelas visi dan orientasinya. 
Dipedalaman, guru sejarah harus mengajar geografi, dan guru PPKN mengajar biologi.  Sekolah-sekolah dikota mengejar prestasi, sedangkan sekolah di kampung dan pedalaman tak terpeduli.
Kita tak perlu lah membandingkan sistem pendidikan kita dengan sistem pendidikan di Finlandia, walaupun para pejabat pendidikan sering kesana. Karena pada dasarnya kita berbeda dan kita mampu seperti mereka asalkan pemangku kebijakan mau membuka mata dan telinga. 
Apa yang perlu kita perbaiki? Agar pelajaran-pelajaran di sekolah lebih berarti. Materi matematika, fisika, geografi, akuntansi dan lainnya tidak semata-mata menjadi sejarah saja, bahwa kita pernah belajar materi itu tapi sekarang dipakai lagi dan sudah lupa.
Dan apa yang perlu kita benahi agar sekolah-sekolah dan universitas tak lagi melahirkan para pencari kerja, yang akhirnya pengangguran dimana-mana.
------------------
Seperti sudah saya tulis sebelumnya, anak-anak belajar di sekolah cukuplah lama, tak kurang 16 tahun menghabiskan waktu untuk sekolah. Namun faktanya, pelajaran di sekolah dulu tak pernah digunakan untuk kehidupannya saat sudah dewasa, sehingga terkesan kurang bermakna.
Belum lagi, orang-orang tua di kampung-kampung terutama yang miskin, menyekolahkan anaknya dengan bersusah payah, dengan harapan orang tua anaknya bisa sukses dan mempunyai masa depan yang cerah. Namun setelah selesai sekolah/kuliah tak mendapatkan apa-apa dan sulit mencari kerja.
Apa yang salah dengan sistem pendidikan kita? Padahal pelajaran di sekolah dan di universitas cukup lah susah, tapi tak menjamin masa depan yang cerah.
Kita memang tak bisa menutup mata, bahwa sistem penerimaan calon mahasiswa di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Negara ini melalui tes kemampuan akademik. 
Soal-soal SMPTN sangatlah sulit, sehingga anak-anak belajar dengan giatnya, semua belajar keras agar dapat lulus diperguruan tinggi sesuai keinginannya.
Setelah semuanya itu selesai, maka pelajaran-pelajaran di sekolah hanya lah menjadi sejarah. Bagi yang melanjutkan kuliah maka ada beberapa mata pelajaran yang menjadi dasar pengembangan ilmu selanjutnya. Sedangkan bagi yang berhenti melanjutkan studi, hanya pelajaran agama lah yang terus mendampingi perjalanan hidupnya. 
Artinya, begitu banyak pelajaran yang kemudian tidak punya makna apa-apa untuk menunjang kehidupan anak-anak saat dia dewasa.
Seharusnya sistem pendidikan kita bagaimana? Atau apa solusinya?
Kalau kita menyadari bahwa orang-orang yang sukses dalam hidupnya saat dewasa adalah orang-orang yang berpikir kreatif, bernalar logis, sistematis dan kritis, memiliki jiwa inovasi, mampu menyelesaikan masalah, dan tak mudah menyerah.
Lalu mengapa pelajaran-pelajaran di sekolah tidak maksimal melakukan pendekatan pembelajaran yang menguatkan hal ini. Sekolah-sekolah kita masih saja menerapkan sistem pendidikan Bihavioris. Masuk ke kelas harus dengan rapi, duduk diam dan teratur seperti ABRI. Anak-anak menghapal begitu banyak pelajaran, latihan menjawab soal-soal, memiliki tugas atau PR setiap mata pelajaran. Padahal, suatu saat mereka tidak pernah gunakan itu semua untuk hidupnya.
Pada sisi lain, kurikulum kita memang sudah berubah, namun guru di sekolah terpaksa taat aturan yang semakin susah, mengejar target kurikulum yang telah ditetapkan, sehingga kreativitas guru hanya sekedar jadi harapan.
Memang kurikulum kita sudah berubah, namun pelaksanaannya bagaimana? Setiap hari guru matematika, fisika dan kimia mengajar dengan pola yang sama, menuliskan judul materi pelajaran dipapan, membuat rumus-rumus kemudian dijelaskan, selanjutnya memberi contoh-contoh soal sebagai panduan, dan memberikan latihan yang harus dikerjakan. Kebiasaannya, contohnya mudah dan latihannya sulit, sehingg siswa menjerit. smile
Guru-guru ekonomi, geografi, PPKN, sosiologi, dan sejarah, mengajar dengan materi dengan metode ceramah.  Kemudian meminta anak-anak menuliskan catatan, agar materi bisa dihapalkan. Setiap ujian tiba, lain yang siswa hapalkan, lain pula soal yang keluar, smile mungkin terlalu banyak materi yang harus dikuasai dan tak mampu dihapal semua!
Namun itu dulu, saat kurikulum kita masih menganut faham Bihaviorsme, dimana anak-anak belajar harus diberi latihan banyak-banyak (drill), guru mendominasi kelas, pembelajaran satu arah dengan ceramah. Sekarang pelan-pelan sudah berubah.
Mulai tahun 2004 kurikulum di Indonesia berubah menganut faham Konstruktivisme, kurikulum ini dinamakan KBK, kemudian berubah nama menjadi kurikulum 2006 (KTSP), dan saat ini berubah lagi menjadi Kurikulum 2013 (K13)
Kurikulum yang menganut faham Konstruktivisme sejak 2004, kemudian merubah paradigma pembelajaran di sekolah. Guru tidak boleh lagi mengajar hanya dengan cermah, namun dengan model/pendekatan/strategi pembelajaran yang bervariasi, anak-anak belajar diajak untuk membangun (meng-konstruk) sendiri pemahamannya, guru berfungsi sebagai fasilitator yang memfasilitasi anak-anak untuk belajar.
Kurikulum ini menjadi kontroversi, banyak yang menentang karena dianggap merepotkan, serta ada yang menganggap kita belum siap seperti di negara-negara barat.
Selain itu, pelatihan kurikulum baru tidak merata dan tidak semua guru mendapatkannya, dan guru yang telah dilatih pun tidak semuanya tuntas memahaminya, apalagi kurikulum K13 yang tolak-tarik pelaksanaan, Menteri Pendididkan M. Nuh menggagasnya, kemudian Anis membatalkan, dan Anis pula yang menerapkannya kembali. Kemudian dilanjutkan oleh menteri selanjutnya.
Dengan kurikulum baru ini, apakah menjadi penyelesaian masalah? Faktanya belum dan begitu banyak kendala!
Seperti tulisan diawal, pelajaran-pelajaran yang banyak dan padat belum memberikan makna apa-apa, selain nilai-nilai akademik yang menjadi targetnya, walaupun sudah mulai memperhatikan keseimbangan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik siswa, namun masih jauh dari harapan. 
Jauh dari itu semua, seharusnya kita terus implementasi dalam mendorong anak-anak tumbuh kreatif, bernalar logis dan kritis dengan menekan pada pembelajaran berbasis pemecahan masalah, sehingga anak-anak akan tumbuh sebagai orang-orang dewasa yang kreatif, inovatif dan tak mudah putus asa. 
Nanti suatu saat, anak-anak sudah dewasa, walaupun tidak ingat atau lupa tentang materi-materi pelajarannya, namun dengan materi-materi itulah anak-anak dibiasakan berpikir kreatif dan inovatif. Sehingga tidak ada yang terkesan sia-sia. Karena selain anak-anak kita mampu menguasai materi pelajaran untuk menghadapi jenjang pendidikan yang lebih tinggi, namun juga punya makna untuk masa dewasanya, sehingga pelajaran tidak menjadi sejarah-sejarah tanpa makna.
Mengapa membangun jiwa kreatif dan inovatif itu penting?. Karena pada dasarnya, semua anak-anak tumbuh-besar dengan memiliki kemampuan kreativitas dan inovasi yang baik.
Lihatlah anak-anak kecil, bermain dengan apa saja. Ranting pohon dijadikan pistol atau senjata, kotak-kotak kecil bekas makanan dijadikan mobil-mobilan, dan pasir atau tanah dijadikan tempat lintasan. Anak-anak membuat bermacam-macam inovasi dalam kehidupan masa kecilnya. 
Sayangnya, saat anak masuk sekolah kreativitas dan jiwa inovasi semakin hari semakin hilang, anak tumbuh menjadi orang-orang yang prosudural, anak-anak sibuk menghapal macam-macam pelajaran.
Anak-anak diajarkan meniru cara guru menyelesaikan soal-soal atau permasalahan, sehingga menjadi manusia-manusia peniru dalam penyelesaian masalah. Lihatlah, guru memberikan contoh soal dan anak-anak menyelesaikan soal dengan melihat contoh yang sudah dibuat oleh guru. Sehingga jiwa kreatif anak-anak pelan-pelan hilang dan pudar.
Maka tak heran, jika kelak sudah dewasa dan menjadi pejabat dan politisi, lebih suka studi banding ke luar negeri. Lebih suka mencontoh daripada berinovasi sendiri.
Sebagai penutup tulisan ini, sebenarnya kurikulum kita jauh sudah lebih baik daripada kurikulum 1994 dan sebelumnya, yang masih menganut faham Bihaviorsme, hanya saja perlu komitmen kita bersama terutama pemangku kebijakan agar kurikulum yang dikeluarkan tidak kontra produktif dilapangan, dengan memasang target-target yang membuat anak-anak semakin hilang jiwa kreativitas dan inovasinya. Sehingga pembelajaran yang lebih menekankan pada proses dari pada hasil bukan isapan jempol semata. 
Kelak saat anak-anak dewasa, selain memiliki kemampuan akademik dan intelektual yang baik, namun juga memiliki mental yang kreatif, dan tak mudah menyerah pada keadaan. 
Sehingga kedepan lahir generasi-generasi yang tidak hanya ingin mencari pekerjaan, namun juga bisa menciptakan lapangan kerja bagi orang lain.
Semoga bermanfaat dan bisa ambil hikmahnya....!

Menggugat sistem pendidikan di Negeri Amerika Serikat, silakan klik link dibawah ini:

Pendidikan adalah proses yang hasus dilalui oleh umat manusia, mulai dari lahir hingga liang lahat, bahkan hidup ini adalah untuk belajar, namun fenomena yang terjadi saat ini pendidikan hanya ditempatkan pada nilai nilai semata, dan telah meninggalkan inti dari pendidikan itu sendiri yaitu Adab dan Akhlak, akibatnya adalah korupsi dimana mana, ketidak adilan dimana mana, tawuran, saling olok antar golongan, dsb, bagaimana harusnya pendidikan itu, simaklah selengkapnya yang akan disampaikan oleh Bapak kiai Tanjung....
silakan klik tautan dibawah ini :


 "Inti Pendidikan Adalah Adab Dan Akhlak" part 2


"Pendidikan Itu Menuju Keimanan, Adab, Dan Akhlak" part 1




https://www.youtube.com/watch?v=9PWfyfU0Xi0