SAAT BERAGAMA BAGAI WADAH TANPA “ISI”

Wadah akan berfungsi karena “isi”nya yang akan membentuk kesadaran bahwa wadah bergerak karena isi. Saat wadah bergerak, beraktivitas tanpa keberadaan “DIA” sebagai isi yang berada di dalam jiwa (fii anfus) manusia, maka berakal dan beraktivitas berdunia, namun kosong. Maka hegemoni anggapan dan praduga menjadi asumsi perspektif oleh akal pikiran masing-masing wadah jiwa raga. Dan setiap masing-masing dari kelahiran jiwa-raga menjadi pemilik anggapan dan praduga yang berposisi, “yang aku percaya itu yang benar”, kemudian apa penyatunya dan bagaimana menyatukannya? Uang, jabatan, suku-bangsa, retorika keyakinan, atau material lainnya? Maka hanya akan berkutat dan berputar-putar, dan yang ditemui hanya fenomena-fenomenanya saja. Gerakan aktivitas wadah jiwa-raga adalah tatanan lahiriyah berdunia. Dan gerakan ISI adalah aktivitas kehadiran dzikir dalam rasa hati nurani atas keberadaan Dia, Sang Allah.



https://www.facebook.com/313384112475... #KiaiTanjung @titahpemurni #WolakWalikZaman #Nusantarabangkit