Realisasi Paradigma Pendidikan Bangsa Kita

Sekilas Pendidikan Nasional :
Menurut UU SISDIKNAS 2003 MENGAMANAHKAN : “mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” 

 FAKTA REALITAS :
Pendidikan Indonesia sedang dalam gawat darurat. Fakta-fakta ini adalah sebuah kegentingan yang harus segera diubah," ujar Anies, dalam pemaparan materi di hadapan kepala dinas pendidikan provinsi, kabupaten/kota se-Indonesia, di Kemendikbud, Senin (1/12/2014). 1. Sebanyak 75 persen sekolah di Indonesia tidak memenuhi standar layanan minimal pendidikan. 2. Indonesia masuk dalam peringkat 40 dari 40 negara, pada pemetaan kualitas pendidikan, menurut lembaga The Learning Curve. 3. Dalam pemetaan di bidang pendidikan tinggi, Indonesia berada di peringkat 49, dari 50 negara yang diteliti. 4. Pendidikan Indonesia masuk dalam peringkat 64, dari 65 negara yang dikeluarkan oleh lembaga Programme for International Study Assessment (PISA), pada tahun 2012. Anies mengatakan, tren kinerja pendidikan Indonesia pada pemetaan PISA pada tahun 2000, 2003, 2006, 2009, dan 2012, cenderung stagnan. 5. Indonesia menjadi peringkat 103 dunia, negara yang dunia pendidikannya diwarnai aksi suap- menyuap dan pungutan liar. Selain itu, Anies mengatakan, dalam dua bulan terakhir, yaitu pada Oktober hingga November, angka kekerasan yang melibatkan siswa di dalam dan luar sekolah di Indonesia mencapai 230 kasus. Dengan data yang terungkap ini Indonesia ternyata sudah kalah jauh dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia, Brunei Darussalam, dan juga Singapura. Kesimpulan dari pandangan dunia untuk pendidikan Indonesia ini masih jauh dari kata layak. Di segala lini masih banyak masalah yang harus ditangani. Akibatnya kualitas pendidikan sulit sekali ditingkatkan. Pemerintah seakan lamban dalam menangani masalah tersebut dan hanya mengejar output yang baik dan sempurna tanpa melihat prosesnya. Sistem Ujian Nasional yang kini telah dihapuskan menjadi bukti dari kondisi ini. Akibatnya siswa yang dihasilkan hanya mementingkan hasil akhir tanpa melihat prosesnya. Meskipun mereka melakukan dengan cara yang tidak baik, asalkan hasilnya memuaskan akan membuat mereka bangga. Inilah yang menjadi momok besar dunia pendidikan Indonesia ke depannya. jika terus begini kondisinya, Indonesia akan memiliki generasi penerus bangsa yang bobrok dan tidak kompeten di bidangnya. Mereka bisa menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Padahal proses lebih penting dari hasil karena dari proses itulah Anda bisa mendapatkan pelajaran yang berarti. Realita di lapangan banyak terjadi kecenderungan menurunnya akhlak dan moral yang menyebabkan lunturnya tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial, seperti terjadinya tawuran pelajar dan kenakalan remaja. Dalam hal ini pendidikan agama menjadi sangat penting menjadi landasan akhlak dan moral serta budi pekerti yang luhur perlu diberikan kepada peserta didik sejak dini. Dengan demikian, hal itu akan menjadi landasan yang kuat bagi kekokohan moral dan etika setelah terjun ke masyarakat. 

Bagaimana......??!! Apakah Kesalahan Kurikulum…!!! ...System..??? atau Human…?!? 

Ketidak pastian paradigma, nilai-nilai, visi, misi, tujuan, arah dan sasaran, memiliki efek pada tata aturan, tata krama, moral, dan keringnya jiwa, bahkan terbentuknya jiwa-jiwa yang dikendalikan oleh nafsu materialistik. Orientasi kesejahteraan dan kebahagian pada angka-angka dan materi semata, orientasi fatamorgana, kekeliruan orientasi yang menjadi “penyebab” ketidak pastian. 

Semua bentuk keprihatinan tersebut akibat disadari ataupun tidak disadari, diakuai ataupun tidak diakui “paradigma” sebagai pandang sudut sistem dan pengelolaan yang dibangun adalah paradigma : kapitalis, liberalis, sekularis, materialis. 

Dalam hal ini makna informasi dunia pendidikan “darurat” dalam semua ranah, semua lini, semua sektor adalah menunjukkan ada sesuatu yang salah (something wrong). Hal yang mendasar adalah “Paradigma “ (Tata Nilai). Paradigma ini berpengaruh terhadap cara kerja, dan cara memperolehnya, serta hasilnya.  

BAROKAH APA...... ISTIDRAJ, sangat tergantung dari niat, tekad dan tujuan yang dibuat. 

Belum cukupkah ayat-ayat-ayat yang dipampangkan dihadapan kita semua, masihkan kita berpikir lateral, datar dan berpikir kebanyakan!!!! 

Melakukan introspeksi diri, mereformasi dunia pendidikan. Agar ke depan, dunia pendidikan tidak lagi gawat darurat. Agenda reformasi pendidikan menjadi mendesak untuk dilakukan : 

Pertama, revitalisasi sekolah sebagai sentra pendidikan yang mandiri. Sekolah seharusnya menjadi penentu arah pembelajaran yang berbasis proses dan rasa cinta. Sekolah bukan pelaksana kurikulum. Budaya belajar yang sungguh-sungguh dan bertanya harus menjadi tujuan utama sekolah dalam mendidik siswa 

Kedua,guru sebagai pemegang otoritas pembelajaran. Guru harus mampu mengendalikan konten dan arah pembelajaran, di samping kegiatan belajar yang membumi. Sebagai fasilitator, guru harus memiliki kreativitas dan keberanian untuk menuntun siswa dalam menemukan pelajaran dan bidang yang disenanginya 

Ketiga, kesetaraan sebagai orientasi pendidikan, bukan kesempurnaan. Praktik dan perilaku belajar harus didorong kepada upaya membangun kerjasama, bukan kompetisi antarsiswa. Belajar bukan sarana untuk mencapai nilai tinggi, melainkan untuk membangkitkan kegairahan siswa dalam belajar.Kegiatan belajar bukan bergantung pada “kunci jawaban”, tetapi bertumpu pada “pengertian” 

Keempat, siswa berpegang pada proses dalam belajar, bukan hasil belajar. Sehingga kemampuan bertanya dan tidak takut salah harus ditanamkan pada diri siswa. Hanya dengan cara itu, siswa akan mampu mengeksplorasi potensi diri, di samping dapat memacu kreativitas dalam belajar.

Pemerintah bersama pelaksana pendidikan harus menyadari ada yang salah dalam tata kelola pendidikan selama ini. Untuk apa kita menjejali siswa dengan beragam materi pelajaran. Jika hanya untuk mengejar nilai semata dan melupakan proses. Maka wajar, saat ini siswa hanya “tahu sedikit tentang banyak hal, tetapi tidak tahu banyak tentang satu hal”. (sumber : Kompas.com) 

 It’s all happened because of the sistem’  

“PENDIDIKAN SISTEM”

Pengetahuan    VS   Keilmuan

Pendidikan berbasis pada pengetahuan “knowing”

“tahu sedikit tentang banyak hal, tetapi tidak  tahu banyak tentang satu hal”

Banyak pengetahuan dan wawasan

Pelajaran banyak

Akibatnya...........
  
Tanpa menyelesaikan masalah dunia pendidikan di negara kita akan terus terpuruk dan jatuh dalam jurang kehancuran. Apapun sistem pendidikannya seamburadul apapun sistem dan kurikulum negara kita, tetap selalu ada pembelajaran luar biasa yang bisa kita dapat jika kita menyadarinya. Semua tergantung kita menyikapinya.


POMOSDA :
Paradigma pendidikan yang berorientasi pada kemapanan moral dan mental dengan berbasis ketauhidan merupakan esensi pengembangan sumber daya manusia. Sehingga wawasan, ilmu pengetahuan, teknologi, ketrampilan dan bahkan kecerdasan yang dimiliki berlandaskan dan berorientasi ke-ilahi-an.
Oleh karenanya institusi POMOSDA (Pondok Modern Sumber Daya At-Taqwa) dalam penyelenggaraan pendidikannya menggabungkan sistim pendidikan secara umum (menurut UU No 20 SISDIKNAS) dengan sistem Kepondokan yang sudah membudaya di Indonesia ini, khususnya Jawa.


POMOSDA melalui program terpadu dalam “kesatuan sistem pondok dan sistem madrasah dengan dasar ke-ilahi-an dipandang sebagai referensi yang sifatnya Mutlak” turut berpartisipasi dalam program pendidikan nasional untuk meningkatkan mutu/kualitas sumber daya manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa dengan berkemampuan dalam Iilmu pengetahuan dan teknologi serta memiliki vokasional skill (ketrampilan/kecakapan hidup).

Tujuan Pendirian Sekolah POMOSDA :
  • Mewujudkan sumber pendidikan, penyiaran dan pengajaran Islam yang seluas-luasnya demi li I’ilaai Kalimatillah.
  • Menyiapkan generasi yang al-arif billah, generasi yang cakap dan luas serta tinggi kepahamannya tentang Islam, rajin beramal dan berbakti kepada masyarakat berdasarkan taqwa, untuk menjadi anggota masyarakat yang berilmu, beramal dan bertaqwa sebagai sumber daya baldatun toyyibatun wa Robbun ghaffur.
Sekilas  Video POMOSDA :


ENAKNYA SEKOLAHIN ANAK DI PESANTREN POMOSDA :